Rabu, 12 Oktober 2016

Sejarah Dibalik Terciptanya Boneka Teddy Bear


Kehadiran teddy bear tak bisa dilepaskan dari nama Presiden Amerika Serikat ke-26 yakni Theodore Roosevelt. Dikisahkan pada tahun 1902, Presiden Theodore Rosevelt melakukan perburuan di wilayah Mississippi. Ia hadir di wilayah tersebut berdasarkan undangan Gubernur Mussissippi, Andrew H. Longino. Perburuan terebut berjalan lancar. Hampir semua pemburu telah menembak binatang yang menjadi target. Namun satu-satunya yang belum menangkap hewan perburuan adalah Presiden Theodore Rosevelt.
Lebih lanjut, asisten presiden dalam acara perburuan tersebut berhasil menangkap seekor beruang jenis American Black Bear. Beruang tersebut ditaklukkan dengan cara ditikam dan diikat di batang pohon Willow. Presiden Theodore Rosevelt kemudian dipanggil untuk mendapatkan kehormatan menembak beruang yang terikat tersebut. Namun sang presiden menolak dengan alasan binatang tersebut sudah tak berdaya. Ia kemudian memerintahkan binatang yang sekarat tersebut untuk dibunuh agar penderitaannya segera berakhir.
Peristiwa unik tersebut mendapat perhatian media. Salah satunya adalah The Washington Post yang menampilkan kartun politik untuk menggambarkan penolakan Presiden Theodore menembak beruang tersebut. Kartun yang merupakan karya Clifford Berryman tersebut menggambarkan si beruang lebih kecil dan memikat dari wujud aslinya.
Kartun yang menjadi headline di surat kabar tersebut kemudian menarik perhatian banyak orang. Salah satunya adalah Morris Mitchom, seorang pemilik toko mainan. Ia terinspirasi untuk membuat boneka beruang dan menamakannya “Teddy Bear” setelah terlebih dahulu meminta izin kepada Presiden Theodore Rosevelt. Memang nama Teddy sendiri merupakan panggilan kecil Sang Presiden.
Produksi Boneka Teddy Bear
Penjualan boneka Teddy Bear yang dilakukan Morris Mitchom mencapai titik keberhasilan yang signifikan. Dalam waktu singkat, boneka Teddy Bear menjadi populer di semua kalangan. Keberhasilan ini kemudian merambah ke belahan dunia lainnya yang juga terinspirasi untuk memproduksi Teddy Bear di negaranya masing-masing. Berdasarkan sebuah penelitian, Teddy Bear dikukuhkan sebagai hadiah yang paling banyak diberikan kepada orang terkasih di momen seperti Natal, Tahun Baru maupun Valentine.
Boneka Teddy Bear tumbuh menjadi magnet yang memikat banyak orang. Tidak mengherankan jika kemudian muncul museum Teddy Bear di berbagai kota di dunia. Ada pula festival tahunan Teddy Bear yang mengambil tempat di Australia, Amerika, Kanada, Jepang, Jerman serta Inggris. 
Selain itu, di Amerika serikat, nama Teddy Bear juga melekat pada satuan polisi yang bertugas untuk mengendalikan situasi darurat untuk anak-anak. Dalam menjalankan tugasnya, mereka menggunakan boneka Teddy Bear untuk mengalihkan perhatian anak-anak dalam situasi genting.

Beary Si Boneka Beruang

 
Hai, namaku Beary. Aku adalah sebuah boneka beruang. Ya, lebih tepatnya boneka beruang yang sudah dibuang oleh pemilikku dulu.
Ceritanya begini...
Dulu aku tinggal di toko boneka bersama teman-temanku. Ada Cici Si Kelinci, Croco Si Buaya, Caty Si Kucing, dan banyak lagi.
Tapi, suatu hari, ada seseorang yang datang untuk membeliku. Lalu, aku dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang cukup besar.
Saat kotak yang aku tempati itu dibuka, aku pun tahu kalau anak yang membeliku tadi ingin memberi hadiah ulang tahun pada temannya.
Dan, aku pun akhirnya tahu nama pemilikku. Namanya adalah Ryanca. Ryanca begitu menyayangi aku. Ke mana-mana Ryanca selalu membawa aku. Tapi, walaupun suka dibawa ke mana-mana, aku tetap bersih. Karena Ryanca merawatku dengan baik.
Sebulan sekali, Ryanca selalu rajin mencuci aku. Kami berdua selalu melakukan semuanya bersama-sama. Mulai dari makan, bermain, bahkan Ryanca membawaku saat ia sekolah.
Aku merasa paling istimewa dari boneka-boneka lain yang dimiliki Ryanca. Aku dipeluk, disayang, dicium layaknya seorang manusia. Padahal, sebenarnya aku hanyalah sebuah boneka beruang.
Sudah bertahun-tahun aku bersama Ryanca. Sekarang, Ryanca sudah mulai dewasa. Ryanca mulai menelantarkanku. Dia mulai sibuk dengan urusannya. Dia bermain-main dengan teman seumuran dengannya, dan bermain bonekanya, tapi, aku sama sekali tidak dimainkannya. Katanya, aku ini boneka yang sangat berdebu, dan usang. Aku sangat sedih sekali ketika mengingatnya.
Saat Ryanca sudah SMP, Ryanca membuang semua boneka-bonekanya, termasuk aku. Aku dan boneka-boneka lainnya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, kami hanyalah sebuah boneka. Akhirnya, aku dan boneka-boneka lainnya masuk ke tong sampah yang sangat bau. Weeekk! Pertama kali aku masuk saja rasanya ingin muntah!
Tetapi, lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan bau seperti ini. Aku juga mulai menikmati tempat tinggalku ini.
Oh, tapi, sebenarnya aku menikmatinya dengan terpaksa. Sungguh malang nasibku ini. Tidak ada yang mau mengambilku. Karena sekarang aku adalah boneka yang bau dan kotor.
Inilah kisahku Si Boneka Beruang. Semoga kalian yang membaca cerita ini dapat membayangkan bagaimana nasibku ini.
Salam, Beary.